INFOEKBIS.COM – Perum Bulog memperkirakan akan terjadi defisit produksi – konsumsi beras nasional pada tahun depan, bulan Januari – Februari 2025.
Oleh karena, sebagai antisipasi untuk persoalan tersebut, impor beras sebanyak 1,2 juta ton menjadi solusi.
Perum Bulog diketahui telah mendapatkan persetujuan pemerintah untuk mengimpor 3,6 juta ton beras pada tahun ini.
Dari jumlah itu, realisasinya hingga Juli 2024 sudah mencapai 2,4 juta ton, sehingga masih ada 1,2 juta ton kuota beras impor yang belum terealisasi.
Baca Juga:
Kementerian Kehutanan dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Penertiban Bisnis Ilegal di Kawasan Hutan
Impor beras sebanyak 1,2 juta ton itu diharapkan dapat terealisasi sepenuhnya dan tiba sebelum Desember 2024.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan hal tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (4/9/2024)
“Sebanyak 1,5 juta stok cadangan beras pemerintah (CBP) ini kalau dilihat angkanya lumayan aman.”
“Tetapi kita menghadapi Januari-Februari 2025 yang paceklik atau belum panen dengan defisit konsumsi – produksi nasional diperkirakan 3 juta ton,” ujar Bayu.
Baca Juga:
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Target Investasi Tahun 2025 Mencapai Sekitar Rp1.900 Triliun
TGB Putuskan Mundur dari Perindo, Sempat Sebut Punya Kesamaan Visi dengan Hari Tanoesoedibjo
Dikutip Haloagro.com, angka tersebut dinilai tidak akan cukup memenuhi kebutuhan selama beberapa bulan ke depan, terutama Januari-Februari 2025 yang merupakan masa paceklik produksi beras.
Pada saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,35 juta ton dan akan bertambah 900.000 ton lagi pada akhir tahun ini dari impor.
Sehingga total CBP hingga akhir tahun diperkirakan akan mencapai 2,45 juta ton.
Stok tersebut sebagian besar akan digunakan untuk bantuan pangan pada Oktober dan Desember sebanyak 450.000 ton.
Baca Juga:
Kementerian Kehutanan Bentuk Satuan Tugas Sawit, Ini yang akan Dilakukan Menhut Raja Juli Antoni
Serta beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 500.000 ton.
Sehingga stok beras yang tersisa hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 1,5 juta ton.
Bayu menjelaskan bahwa pergeseran musim hujan menyebabkan musim tanam mundur dari September ke Oktober, sehingga masa panen baru bisa dimulai pada Januari 2025.
Beras hasil panen diperkirakan baru bisa memasuki pasar pada Maret 2025 karena harus melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
Akibatnya, diperkirakan akan terjadi defisit beras sebanyak 3 juta ton pada Januari dan Februari 2025.
Perum Bulog berharap perintah penugasan impor beras untuk 2025 dapat keluar lebih cepat untuk mengantisipasi defisit produksi-konsumsi beras nasional pada tahun depan.
“Untuk mengantisipasi defisit 3 juta ton pada Januari–Februari 2025, kami sebagai operator sangat berharap perintah untuk menambah stok itu diberikan lebih awal,” ujar dia.
Perintah impor beras juga disebut perlu lebih cepat untuk memastikan stabilisasi stok dan harga beras menjelang Ramadhan, ketika permintaan terhadap beras bakal meningkat.
Bulog mencatat rata-rata konsumsi beras nasional mencapai 2,5 juta ton per bulan atau sekitar 30 juta ton per tahun.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Ekbisindonesia.com dan Infokumkm.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Haiidn.com dan Seleb.news
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News.